Sabtu, 26 Desember 2015

CerMis: Hitori Kakurenbo (Petak Umpet Hantu)

Penulis: Paulus S. Anderson
   
     Angin sepoi-sepoi meniup kecil kearah 3 sahabat yang sedang bermain-main disebuah pekarangan rumah Ika. Kurumi, seorang yang berasal dari Jepang. Dia tinggal dekat dari rumahnya Ika. Suryo yang merupakan sahabat Ika juga ikut bermain bersama Kurumi. Mereka berasal dari Indonesia. Kurumi, Ika dan Suryo bercerita dan tertawa bersama, Mereka tahu kalau mereka berbeda ras. Namun, hal itu tidak menjadi masalah buat mereka untuk berteman.
   
     Suatu hari, mereka berkumpul bersama untuk bermain. Kurumi berencana untuk memainkan permainan yang tidak akan pernah dia lupakan seumur hidupnya. Hitori Kakurenbo. Permainan ini berasal  dari negara Kurumi. Permainan dimainkan dengan sebuah boneka yang isinya dikeluarkan, kemudian diisi dengan beras dan kuku dari orang yang memainkan permainan ini. Permainan ini sebenarnya adalah permainan petak umpet dengan makhluk halus. Permainan ini sudah lama dimainkan oleh orang-orang dewasa di Jepang dengan tujuan berbicara dengan orang-orang yang sudah meninggal.

    "Ayo kita mulai bermain. Aku sudah tidak sabar."
 

    "Sabar, kita harus mengucapkan mantranya terlebih dahulu Ika."

    Mereka sudah mempersiapkan segala bahan yang dibutuhkan  dan mematikan seluruh lampu diruangan itu mati. Kurumi mengingatkan kepada teman-temannya akan cara bermainnya. Dan menyimpan boneka itu kedalam toilet.

    "Ingat! Pada saat kita bermain nanti bersembunyilah sambil meminum air garam. Tapi, jangan ditelan!"
 

    "Tenang saja. Kami pasti ingat!"

    Tidak lupa Kurumi menyalakan TV dengan saluran statis. Dan merekapun memulai permainan. Pada menit-menit awal, tidak terjadi sesuatu yang menegangkan. Kurumi, Ika dan Suryo bersembunyi didalam lemari dikamar utama.
 
    "Ini membosankan!"
 

    "Jangan bersuara! Bersabarlah."

    30 menit kemudian, mereka bertiga kaget. Suara langkah kaki yang berjalan kearah ruang keluarga yang Kurumi nyalakan TV-nya. Mereka bertiga merinding dan meminum air garam serta memegang gelasnya dengan erat. Suara TV berganti saluran sangat terdengar ditelinga Kurumi dan teman-teman.
 
    "Aku akan menemukan kalian."

    Suara itu terus terdengar, Kurumi melihat kearah Suryo dan Ika yang sudah sangat ketakutan. Dia berpikir untuk mengakhiri permainan ini. Namun, Suryo menahan Kurumi dan memberi sinyal seperti jangan dulu menghentikan permainan mereka. Kurumi mengintip dengan sedikit membuka pintu lemari. Gelap, suara TV yang tadi berganti saluran menjadi statis. Keadaan menjadi tenang. Aku sedikit lega.
 
    "Aku tahu kamu disini. Hihihi"

    Kami bertiga berteriak dan keluar dari tempat persembunyian kami dan berlari kearah toilet. Alhasil, boneka itu menghilang. Dalam keadaan gelap, mereka bertiga mencari boneka tersebut. Namun, tidak ditemukan. Mereka terus mencari dan mencari. Kami berpencar untuk mencari boneka itu.

    Suryo sedikit gemetar mencari kearah ruang tamu, dia tidak dapat melihat apapun. Terdengar suara yang memanggil namanya dengan suara berbisik. Ika dan Kurumi berlari kearah suara teriakkan itu. Betapa kagetnya mereka setelah melihat Suryo yang terbaring kesakitan dengan tangan yang bersimbah darah akibat tusukan sebuah pisau yang menggores tangannya.
 
    "Sudah cukup, aku tidak tahan lagi. Segera hentikan permainan ini Kurumi."
 

    "Baiklah. Kita harus cepat menemukan boneka itu dan menyemburkan air garam ini dan berteriak 'Aku menang' sebanyak 3 kali."

    Kurumi melanjutkan pencarian terhadap boneka itu dan Ika menjaga Suryo. Suara itu terus terdengar ditelinga Kurumi. Kurumi berdoa didalam hatinya. Dengan gemetar Kurumi membuka pintu kamarnya. Boneka itu ditemukan dengan sebuah pisau ditangannya.

    "Aku menang! Aku menang! Aku menang!"
 
    Kurumi kemudian membawa boneka itu dan berlari kearah Ika dan Suryo sambil menyalakan semua lampu yang ada di semua ruangan itu. Pada saat itu juga, Kurumi menelepon Ambulans. Mereka menenangkan Suryo agar tidak menjadi panik.

    Ambulans datang 15 menit kemudian sambil membawa Ika dan Suryo kearah rumah sakit. Kurumi membawa itu kebelakang rumah dan mengeluarkan isi boneka itu dan membakarnya sampai habis.

    Kurumi, Ika dan Suryo tidak akan pernah melupakan kejadian itu seumur hidup mereka. Namun, suara yang memanggil nama mereka.

    "Permainan kita belum selesai. Aku akan menemukanmu. Hihihihihi"



Catatan Penulis:
 Hi guys!! Kenalin gue penulis sekaligus admin Poem Industry Paulus Sonny Anderson.. Kalian bisa manggil gue Paul atau Paulus ataupun Sonny.. Kalian pasti sedikit bingung kenapa blog puisi menulis sastra sebuah cerita atau bisa dibilang cerita mistis yang biasanya diluar dari konsep sastra puisi? Hehe... alasannya adalah gue mau memasukkan sebuah konsep blog yang gak hanya menuliskan puisi aja tetapi juga karya-karya yang lainnya. Nah, sekarang taukan alasannya apa? Hehe.. Terima Kasih juga teman-teman yang sudah mau meluangkan waktu kalian membaca tulisan-tulisan gue. Gue masih pemula dalam hal menulis karya, jadi saran dan kritikan dari kalian akan sangat berguna banget bagi gue. Mungkin cuma ini doang yang gue mau omongin. Jangan lupa Like and Share Postingan ini ya? Tambahkan juga akun gue kedalam lingkaran kalian agar kita bisa saling berhubungan dan kalian bisa mengirim karya kalian untuk diposting juga diblog ini
Kunjungi juga Fanspage Poem Industry di Facebook ya!!

Senin, 07 Desember 2015

Kertas Kecil Sialan

Kertas kecil sialan
Buat orang bermuka dua
Menggendut kantong diutamakan
Kepentingan semua diabaikan

Kertas kecil sialan
Siapapun membabi buta
Mencari disemua histeria
Meliuk sempurna tanpa bercela

Hukum? 
Penjara?
Semua mudah ditenangkan
Hah, kertas kecil sialan

Berkemeja rapih dengan jasnya
Tersisir lembut, selembut dasinya
Para manusia berhidung panjang
Dengan telinga layak tikus menganga

Berhenti,
Kalian di atas bersorak
Kami di bawah berserakan
Tidakkah itu cukup?

Dengar kawan,
Berlebihan mendustakan
Keserakahan mengambil alih
Mata tertuju emas hati tertutup karat

Sungguh,
Nikmat tuhan mana lagi,
Yang ingin kau rebut dengan paksa?

-Julian Rizki Prayudha- // http://julianrizki.blogspot.co.id/

Muak dengan berita-berita di negeri ini, tak lain tak bukan birokrat yang makan bukan dari uang sendiri.


Wanita Cantik

Karya: Paulus S. Anderson

Lembut dan merdu
Bagai suara lentingan piano
Mentari hangat menyelimuti bumi
Pelangi indah menghiasi langit

Berdegup kencang hati ini
Memandang kearah wajahnya
Bersinar bagai permata
Keindahan tubuh yang sempurna

Wanita cantik itu..
Terurai panjang rambut harumnya
Tak terbayang senyum manisnya yang menggoda

Minggu, 06 Desember 2015

Kritik Terhadap Negeri

Karya: Paulus S. Anderson

Sunyi angin meniup
Hancur raga menanti
Ragu diri ini, berjalan tanpa arah
Dunia sempit, dunia kecil

Hampa terasa menusuk jiwa
Sepi, kelam...
Begitu kejam negeri ini
Muak ketika orang-orang menjilat
Ketika orang-orang membual tentang keindahan

Sendiri aku terdiam
Tanpa seorangpun yang mendukung
Hilang raga ini
Hancur berkeping-keping

Selamat tinggal dunia...
Selamat tinggal...